Pages

Kamis, 16 September 2010

MEMORI RAMADHAN



Baru tadi malam, tidak tahu kenapa hatiku seolah mengalir begitu syahdu, lembut dan pelan, merasuk kesisi terdalam hati dan membuat semuanya bergerak begitu seirama dan riuh rendah. Aku tidak tahu, kenapa hati ini begitu berat, mengapa mata ini begitu berkaca-kaca ketika membayangkan kekasihku mulai meninggalkanku secara perlahan. Belum puas bagiku untuk mencurahkan isi hati yang terdalam, belum lengkap bagiku menikmati jamuannya tapi sudah lumrah baginya untuk meninggalkanku.

Betapa hati ini tidak ingin berpisah, betapa pikiran ini tidak ingin ia lepas dari dekapan, namun semakin aku meronta untuk ia tetap disini, semakin aku tahu bahwa aku tidak bisa.

Ya Allah, betapa bulan ini adalah bulan paling utama disisi-Mu dan akupun merasakan demikian, belum ya Allah, belum bagiku mendapatkan rasa yang terbaik, belum bagi ku mendapatkan taubat nasuhaku, belum bagiku merasakan kenikmatan sejati dan hakiki yang dirasakan orang lain itu. Masih belum ya Rabb.

Aku tidak tahu sampai kapan masaku, aku tidak tahu, tapi adakah bagiku untuk mengulang kisah itu beberapa masa kemudian. Diriku ini penuh dosa ya Rabb, ampunilah dosaku, di bulan ini aku meratap menghiba di sisi-Mu, adakah asa bagiku untuk menberikan penghambaan terbaikku pada-Mu, Bisakah bagiku meneteskan air mata ini. Bukan dibuat-buat ya Rabb, aku ingin air mata ini meluncur karena begitu besar nya rasa takutku akan balasan siksa atas dosa-dosa yang aku lakukan selama ini, aku ingin air mata ini berderai karena menginginkan kehidupan dan janji abadi di akhirat kelak, oh Surga Jannatun Na’im, adakah aku yang kecil dan lemah ini terdaftar untuk menghuni dan sekedar singgah dilautan hikmah dan kenikmatan itu.

Aku ingin, dan bertekad, menjadi manusia yang berbeda, inilah pesantren diri yang menempa ku menjadi pribadi yang lebih baik, semoga bekas-bekas dan khasanah hikmah yang aku dapatkan dibulan ini, bulan Ramdahan, bisa selalu bersemayam dalam tekad dan pribadiku hingga kelak aku bermuka cerah menemui-Mu di taman Surga.


oleh RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF pada 16 September 2010 jam 2:27

Senin, 30 Agustus 2010

Pak Tua.

Pak Tua.... Sudahlah !!! 
Begitu sepenggal lagu dari Elpamas - Pak Tua. Yang kalau dilanjutkan...engkau sudah terlihat lelah... oh ya....
Pak Tua.... aaa.....
 
Tapi ini sepenggal kisah dari pak Tua yang lain...
Selepas maghrib dan menjelang isya, tiba- tiba melengking parau suara adzan dari pak tua ini. Rumahnya persis disebelah mushola kompleks tempatku tinggal
Meski dengan tersengal, dia tetap melengkingkan adzan isya, mengajak umat muslim untuk segera sholat isya. Tergerak hatiku mengikuti alunan adzan suara parau yang kadang tersengal ini.
Sampai di musholla.... ternyata baru aku yang menyambut lengkingan adzan pak tua itu. Kutunggu jama'ah yang lain hingga beberapa saat lamanya... ternyata gak menarik panggilan pak tua ini.
Hanya aku dan dia. Hingga kuputuskan untuk segera sholat isya berdua bersamanya. 
Dan kini setelah  aku pindah tempat, nyaris tak kudengar lagi lengkingan suara adzan.
Apa kabar pak Tua ????...... ( baca engkong ) 
Semoga sehat selalu sehingga bisa menunaikan kewajibanmu. 
  

Asma al Husna al Wahhab

Asma al Husna al Wahhab


"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS Ali Imran: 08)


Al Wahhab, Dia adalah Maha Pemberi. Pemberian-Nya tanpa syarat, juga tanpa batas. Tak terukur, juga tak ternilai. Tak ada satupun yang mampu menyamai pemberian-Nya. Tak pula satupun yang mampu menghitung anugerah-Nya.

Al Wahhab, Dia adalah Maha pemberi. Langit diberi-Nya awan, agar manusia di bumi ternaungi. Langit diberi-Nya awan, agar air kembali turun ke bumi dan menyuburkan tanah. Langit diberi-Nya awan, agar para sastrawan juga mendapat inspirasi.

Al Wahhab, Dia adalah Maha Pemberi. Burung dengan merdu berkicau, singa dengan gagah mengaum. Bukankah begitu indah dan penuh harmoni semua yang dianugerahkan?

Diberikan manusia sebaik-baik rupa. Diberikan manusia setinggi-tinggi akal untuk menalar. Diberikan manusia sedalam-dalamnya hati untuk merasa. Diberikan manusia daya untuk berusaha sekuat-kuatnya.

Maha Suci Allah yang Maha Pemberi. Dia yang selalu menjawab doa dan memberikan segala yang dipinta hamba. Sungguh luas karunia-Nya. Cacing di dalam tanah, mendapatkan jatahnya. Burung yang tak tahu akan terbang kemana, juga mendapatkan rezekinya. Apalagi manusia, makhluk yang sangat dicintai-Nya, atas izin-Nya dan dengan segala usaha, ada banyak anugerah yang mampu didapatkan manusia.

Wahai hamba yang mendamba, jika ingin segala hasrat baik diijabah, dzikirkan selalu dari bibirmu, ya Wahhab. Tiada henti, tiada lelah. Insya Allah, Tuhan yang Maha Memberi akan mengabulkan segala.

Tapi ada satu pertanyaan yang tersisa, tidakkah kita malu dengan segala pemberian-Nya yang tidak sebanding dengan ketaatan yang kita sembahkan? Sungguh, Maha Suci Allah yang selalu memberi, meski dengan segala kealpaan kita yang selalu terjadi. Semoga Allah senantiasa memberi ampunan-Nya.


Kamis, 19 Agustus 2010 06:08 Herry nurdi

Ketika Ilalang datang bersama hujan.

Ilalang....
Ketika musim berlalu kau pun ikut berlalu.... terbawa musim yang entah kapan datang lagi.
Walau tak tampak indah cukuplah mengisi ladangku.
Ilalalng....
Hilangmu menampakkan kegersangan yang ladangku.
Pecah merekah.....
Gersang
Dan berdebu.
Yang membawa senyap, tanpa riuh daunmu yang tertiup angin.
Senyap.....bahkan seekor seranggapun enggan
Walau sekedar bermain.
Aku galau dalam kepongahan....
Kucari walau sebatang...
Kan kutanam agar tak tampak kerontang,
Meranggas tanpa kehidupan.
Kucari satu, kutanam dan mati.
Kucari lagi, kutanam  lagi dan mati lagi
Hingga kudapatkan mawar, kutanam
Hingga kini tumbuh dan mekar
Merah.....
Hingga tida lagi kegersangan
Menebar semerbak, mengundang harapan
Aku senang, aku gembira
Aku bahagia.....
Hingga tibalah hujan yang membangunkan ilalang...
Kucoba menghalang agar ilalang tak semakin menjalar
Ilalang kian liar....
Dan sekejap mawar tlah tertutup ilalang....
Ketika kuakan memetik mawar...ku harus menyibak ilalang...
Aku bingung.....
Kupikir ilalang dulu itu sudah mati dalam gersang
Ternyata tidak
Dia datang bersama hujan.
Sekali lagi aku bingung.....

Jumat, 14 Mei 2010

GeNK NERO

GeNk Nero... anda pasti masih ingat.
Genk ini ternyata beranggotakan cewek cewek masih pelajar smu lagi.... pokoknya ada yang  neko- neko pasti dikeroyok!!!
Uh.... gambaran pelajar indonesia sekarang....
Apakah salah didikan, atau... korban pergaulan....
Mau dikemanakan bangsa ini.......

Berbeda dengan  Genk nero yang satu ini.... emang sih sama sama nekad dan keroyokan dakam bekerja... apalagi pas bikin skenario agar gak dimarahin ama babe yang punya perusahaan....
Ini memori saat masih kerja ditempat yang lama....
Kangen pengen ngumpul lagi, walau kadang kalo ngumpul pasti berantem soal kerjaan.
Apalagi si Giant yang paling tinggi besar... kerasnya minta ampun, kalo pas marah persis malaikat pencabut nyawa. Suaranya menggelegar laksana guntur, matanya tajam nggak mau kehilangan mangsanya. 
Sinchan....gendut imut imut....
Sekarang aku udah pada pergi menentukan jalan sendiri-sendiri...